Masjid KH. Abdurrahman Wahid adalah salah satu simbol spiritual dan keindahan arsitektur yang menonjol di kawasan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Selain menjadi sarana utama untuk beribadah, masjid ini juga berperan sebagai pusat aktivitas keagamaan, sosial, serta budaya bagi seluruh warga kampus dan masyarakat di sekitarnya. Keberadaannya mencerminkan komitmen UTM dalam menyatukan nilai-nilai keagamaan dengan dunia pendidikan.
Sejarah Awal Pembangunan
Pembangunan Masjid KH. Abdurrahman Wahid berawal dari keinginan kuat kampus untuk memiliki fasilitas ibadah yang representatif dan dapat menampung berbagai kegiatan keagamaan. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Madura, UTM berkembang pesat, dan kebutuhan akan ruang spiritual menjadi semakin mendesak. Dari sinilah muncul ide pembangunan sebuah masjid besar yang berada di kawasan tengah kampus, agar mudah dijangkau oleh seluruh mahasiswa dan staf pengajar.
Penamaan Masjid KH. Abdurrahman Wahid
Pemberian nama KH. Abdurrahman Wahid bukan tanpa alasan. Gus Dur, sapaan akrab beliau, dikenal sebagai tokoh nasional yang memiliki kontribusi besar terhadap demokrasi, kebhinekaan, dan pendidikan di Indonesia. Beliau juga memiliki kedekatan historis dengan masyarakat Madura dan menjadi inspirasi bagi banyak kalangan untuk terus mengembangkan nilai-nilai toleransi dan kebangsaan. Nama beliau dipilih sebagai bentuk penghargaan kepada alhmarhum Gus Dur, yang berperan penting dalam pendirian Universitas Trunojoyo Madura sebagai perguruan tinggi negeri dan juga bertujuan menghormati Gus Dur sebagai sosok teladan kemaslahatan umat, figur yang menginspirasi, serta terkenal dengan berbagai perkataannya yang bijak.
Proses Pembangunan dan Peresmian
Proses pembangunan masjid dimulai pada tahun 2019 hingga 2023, setelah melalui tahap perencanaan matang oleh pihak kampus. Lokasi masjid dipilih secara strategis di area utama kampus agar menjadi pusat kegiatan. Desain bangunan mengutamakan kesederhanaan namun tetap megah dan nyaman. Setelah melewati masa pembangunan, masjid diresmikan secara resmi oleh pihak universitas dengan melibatkan tokoh agama serta jajaran dosen.